Ada beberapa faktor risiko penyebab gagal ginjal akut, seperti infeksi virus, bakteri Leptospira, dan multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem pascaCOVID-19.
Namun, konsumsi obat sirup yang diklaim mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang mendapat sorotan paling besar.
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Zulies Ikawati, menyarankan perbanyak minum air putih jika terlanjur minum obat yang mengandung etilen glikol (EG).
“Saya kira meminum air putih yang banyak mempercepat eliminasi pembuangan.
Air itu nanti menggelontorkan dan juga mengencerkan sehingga kadar yang berbahaya menjadi berkurang sambil tetap dipantau apakah ada gejala,” ujarnya.
Zulies menjelaskan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) merupakan cairan bening, tak berwarna dan tak berbau, yang biasa digunakan untuk industri mesin.
Senyawa tersebut kerap digunakan sebagai zat antibeku untuk digunakan pada radiator dan merupakan senyawa yang bersifat toksik atau beracun.
Penggunaan dalam obat tidak dapat sepenuhnya dihindari karena EG dan DEG bisa menjadi bahan untuk membentuk pelarut pada obat sirup.
Ketentuan farmasi, penggunaan EG dan DEG pada pelarut hanya diperbolehkan dengan kadar di bawah 0,1 persen.
“Pelarut yang lazim dan diperbolehkan contohnya propilen glikol, gliserin, dan polietilen glikol.
Namun, bahan tersebut tidak bisa pure 100 persen sehingga dalam pembuatan mengandung bahan cemaran dengan ambang batas yang diperbolehkan,” jelasnya.
Tak langsung menyerang ginjalIa menyatakan senyawa EG dan DEG tidak serta merta langsung menyerang ginjal namun proses metabolik yang mengubah menjadi senyawa toksik asam oksalat yang berkontribusi pada penyakit gagal ginjal akut.
“Ketika dia (asam oksalat) berikatan dengan kalsium, membentuk kalsium oksalat, akan menyumbat dan merusak kerja ginjal,” ucapnya.
Meski demikian, proses pembentukan asam oksalat berbeda-beda pada setiap manusia karena bergantung pada produksi enzim dalam tubuh dan tingkat metabolisme.
Ketika produksi enzim dan aktivitasnya banyak, maka akan mempermudah terbentuknya matabolit.
Namun jika produksi enzim sedikit dan tingkat metabolisme rendah, maka metabolit EG dan DEG tidak terbentuk dan lebih aman dari potensi gagal ginjal akut.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk tidak perlu panik dan senantiasa mengikuti informasi terbaru dari Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait perkembangan obat yang mengandung EG dan DEG di atas ambang batas.
“Untuk sementara kita ikut saja apa yang diinformasikan pemerintah, apa saja yang boleh, kalau belum ditahan dulu karena banyak alternatif,” tuturnya.